Pada
hari Sabtu tanggal 12 Mei atau dua minggu lalu lebih tepatnya, saya Nastasya
Lauwren, mahasiswi VCD dari Universitas Ciputra melakukan kunjungan atau field
trip yang diadakan oleh dosen ISBD kami ke salah satu tempat bersejarah di
Surabaya yaitu Monumen Tugu Pahlawan dan Museum 10 November. Jadwal untuk kami
berkumpul di tempat adalah jam 9 namun kami baru mulai masuk ke Museum 10 Nopember
yang ada di sana sekitar pukul 09.30. Alamat Monumen Tugu Pahlawan sendiri
berada di Jalan Pahlawan, Kelurahan Alun-alun Contong, Bubutan, Surabaya. Lokasinya juga berada di dekat
kantor Gubernur Jawa Timur dan Bank Indonesia. Monumen Tugu Pahlawan sendiri
memiliki bentuk seperti lingga/paku terbalik atau biasanya orang lain
melihatnya seperti pensil (berdasarkan pengalaman pribadi), monumen ini juga
dikelola oleh UPTD Monumen Tugu Pahlawan dan Museum 10 November. Monumen Tugu
Pahlawan adalah simbol ikonik dari kota Surabaya dan merupakan monumen yang
dibangun untuk menghormati/didedikasikan kepada jasa-jasa para pahlawan yang
telah meninggal pada jaman penjajahan atau dalam peristiwa battle of Surabaya
(pertempuran Surabaya) pada tanggal 10 November 1945 untuk memperjuangkan
kemerdekaan.
Tubuh monumen Tugu Pahlawan berbentuk lengkungan-lengkungan
sebanyak 10 lengkungan, dan terbagi atas 11 ruas. Tinggi, ruas, dan
lengkungan-lengkungan itu mengandung makna tanggal 10, bulan 11, tahun 1945
yang berarti menandakan tanggal 10 November 1945 dimana peristiwa pertempuran
Surabaya itu terjadi. Museum 10 November sendiri ada di bawah
Monumen Tugu Pahlawan. Monumen Tugu Pahlawan memiliki tinggi 41,15 meter, pada
awalnya direncanakan bahwa Tugu Pahlawan akan memiliki tinggi 45 meter, sesuai
dengan angka tahun perjuangan mereka saat itu yaitu 1945. Namun karena adanya
masalah dalam konstruksi bangunan yang memungkinkan tidak dapat menopang tinggi
itu maka Tugu Pahlawan pun dibangun setinggi 41,15 meter yang berdiri di tanah
seluas 2,9 hektar. Bagian puncak tugu yang meruncing dilengkapi dengan
lampu berwarna merah dan penangkal petir. Bagian bawah tugu memiliki diameter
3,1 meter dan bagian puncaknya memiliki diameter 1,3 meter.
Pembangunan dari Monumen Tugu Pahlawan ini sendiri
memiliki 2 pendapat yang berbeda mengenai siapa pencetus ide sekaligus arsitek
dari tugu ini. Menurut Gatot Barnowo, monumen ini diprakarsai oleh Doel Arnowo
yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala Daerah Kota Besar Surabaya dan
kemudian ia meminta Ir. Tan untuk merancang gambar monumen yang dimaksud dan
selanjutnya akan diajukan kepada Presiden Ir. Soekarno. Sedangkan pendapat lain
menurut Ir. Soendjasmono, pemrakarsa monumen ini adalah Ir. Soekarno sendiri
yang kemudian, ide ini mendapat perhatian yang khusus dari Walikota Surabaya,
Doel Arnowo. Untuk perencanaan dan penggambaran diserahkan kepada Ir. R.
Soeratmoko yang telah mengalahkan beberapa arsitektur lainnya dalam sebuah
kompetisi untuk pemilihan arsitek untuk membangun monumen ini. Pembangunan Tugu
Pahlawan awalnya ditangani Balai Kota Surabaya namun pembangunan tugu kemudian
dilanjutkan Indonesian Engineering Corporation dan diteruskan oleh Pemborong
Saroja. Lalu, monumen yang dibangun selama 10 bulan ini diresmikan oleh
Presiden Soekarno pada tanggal 10 November 1952. Pada tahun 1988, mulailah
penataan lapangan Tugu Pahlawan yang dilengkapi dengan museum, pintu masuk,
patung, dan relief perjuangan. Sejak saat itu lapangan di sisi selatan tugu
digunakan pula sebagai tempat upacara dan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan
kenegaraan.
Seperti yang saya
katakan sebelumnya, Museum 10 Nopember berada di bawah Monumen Tugu Pahlawan
sendiri memang benar. Di bawah tanah lahan Tugu Pahlawan sedalam 7 meter
terdapat sebuah museum untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan yang berjuang di
Surabaya, di museum ini juga terdapat foto-foto dokumentasi pembangunan Tugu
Pahlawan. Museum ini diresmikan pada tanggal 19 Februari 2000 oleh Presiden K.H. Abdurrahman Wahid. Sampai sekarang Monumen Tugu Pahlawan
dan Museum 10 Nopember masih ramai dikunjungi oleh warga Surabaya sendiri dari
anak-anak sekolah SD, SMP, SMA, perguruan tinggi maupun Turis dari luar negeri
untuk rekreasi atau untuk studi/observasi. Harga tiket masuknya berkisar Rp
5.000,- namun kami diperbolehkan masuk tanpa harus membayar tiket masuk dengan
menggunakan Kartu Tanda Mahasiswa yang kami miliki.
Museum
10 Nopember memiliki 2 tingkat dan terdapat banyak sekali barang-barang
peninggalan arek-arek Suroboyo pada saat itu. Koleksi yang museum ini miliki
antara lain ada seragam tentara BKR, seragam perawat, seragam polisi istimewa,
seragam dan senjata yang digunakan oleh HR. Mohamad Mangoendiprodjo, mesin
ketik kuno, tas medis, handycam dan tustel kuno, macam-macam senjata dari bambu
sampai senapan, miniatur bangunan-bangunan lama, diorama elektronik,
patung-patung orang yang memakai baju pada jaman dulu dan masih banyak lagi.
Saat
saya memasuki Museum 10 Nopember, terdapat gambar-gambar bangunan yang sudah
berdiri sejak jaman lama seperti Hotel Orantje yang sekarang sudah menjadi
Hotel Majapahit di Jalan Tunjungan, bangunan sekolah St. Loui, bangunan Bank
Tabungan, kantor Bank Jawa, Bangunan Sekolah Seni Indonesia, dan lain-lain
yang ditempel di limas terbalik yang ada
di langit-langit gedung. Selain itu juga terdapat ukiran besar yang ada di
dinding Museum ini. Saat berjalan di lorong menuju ruangan tempat dimana
koleksi-koleksi yang ada, saya menemukan banyak lukisan dan foto jaman
perjuangan arek-arek Suroboyo di lorong museum dan ada juga miniatur Taman
Monumen Tugu Pahlawan. Melalui miniatur tersebut saya bisa melihat bahwa Taman
Monumen Tugu Pahlawan ini sangat luas. Setelah itu saya pun masuk ke dalam
ruangan dimana banyak barang-barang bersejarah (seperti yang sudah saya
jelaskan di paragraf sebelumnya) yang pernah digunakan oleh arek-arek Suroboyo
dalam perjuangan mereka. Dari yang paling awal saat memasuki ruangan itu, saya
melihat ada seragam dari tentara BKR dan di bagian tengah ruangan terdapat
patung yang menggambarkan perjuangan arek Suroboyo. Selain itu juga ada miniatur
dari Rumah Sakit Simpang yang sebelumnya digunakan untuk menampung dan merawat
korban-korban dari peperangan. Rumah Sakit Simpang sekarang sudah diubah oleh
mantan almarhum presiden kedua Indonesia Soeharto, menjadi pusat perbelanjaan yang
sudah kita kenal sejak lama yaitu Plaza Surabaya atau bisa disebut Delta yang
terletak di jalan Pemuda dekat dengan Monumen Kapal Selam.
Beberapa
koleksi yang membuat saya menarik adalah mesin ketik kuno yang mereka miliki
dan berada di lantai 1. Mesin ketik itu memiliki merk Underwood yang dibuat
oleh New York Amerika Serikat pada tahun 1936 dan digunakan saat masa
penjajahan Belanda untuk kegiatan administrasi perkantoran. Selain itu, saya
juga kagum saat melihat ruangan diorama statis yang ada di lantai 2. Total
ruangan diorama statis yang ada adalah 2 ruangan sedangkan untuk diorama yang
ditampilkan sendiri ada total 8 diorama. Setiap diorama memiliki latar tempat
dan kejadian yang berbeda, ada yang menunjukkan kejadian saat perundingan gencatan
senjata, kejadian penolakan arek-arek Suroboyo terhadap ultimatum sekutu,
Ekspedisi Pulau Nyamukan dan masih banyak lainnya. Di lantai 2 banyak sekali
koleksi-koleksi senjata yang ada, mulai dari bambu asli yang dipakai saat masa
perjuangan sampai pistol dan senapan semuanya ada.
Melalui
observasi yang saya lakukan, kondisi Taman Monumen Tugu Pahlawan dan Museum 10
Nopember sangat bersih. Bisa terlihat dari banyaknya tanaman yang tumbuh di
Taman Monumen Tugu Pahlawan yang membuatnya terlihat asri. Koleksi-koleksi yang
dimiliki pun terlihat masih bagus dan terawat meskipun sudah berumur sangat
lama. Museum pun memiliki fasilitas yang bagus dan semuanya sudah modern karena
menggunakan layar sentuh (layar yang ada di dalam diorama statis, yang
digunakan untuk menjelaskan peristiwa yang ada di dalam diorama dan bisa juga
mengatur bahasa yang digunakan antara lain bahasa Indonesia, bahasa Inggris,
Bahasa Belanda, Bahasa Jepang, Bahasa Korea dan lainnya). Kelebihan dari tempat
ini adalah tempatnya yang bersih, nyaman dan tour guide yang menjelaskan setiap
koleksi-koleksi yang ada sangat menguasai materinya sehingga apa yang
disampaikan dari tour guid itu bisa dicerna dengan baik oleh pendengar. Selain
itu, koleksi yang dimiliki juga banyak dan masih terlihat bagus dan bersih,
patung-patung yang ada juga dibuat bagus sedemikian rupa, miniatur-miniatur
yang ada juga sangat detail dan bagus, diorama yang ada juga pembuatannya
sangat detail dan jelas untuk dilihat. Namun, kekurangannya adalah kurangnya
pendingin ruangan sehingga saat masuk ke dalam terasa panas (kecuali di dalam
ruangan diorama statis), tempat duduk juga masih kurang sehingga kami tidak
tahu ingin duduk dimana jika kelelahan berdiri. Untuk souvenir/ cinderamata
yang ada saat jalur keluar juga masih kurang menarik dan macamnya kurang
banyak.
Fungsi Museum 10
Nopember sendiri bukan hanya sebagai cagar budaya atau tempat rekreasi saja, tapi
bisa digunakan untuk belajar mengenai sejarah berdirinya Tugu Pahlawan melalui
benda-benda bersejarah seperti foto-foto para pejuang saat masa penjajahan
Belanda, senjata-senjata yang ada, dan juga diorama-diorama yang menceritakan
setiap kejadian yang ada mulai dari perencanaan sampai keberhasilan yang
diperoleh dari perjuangan itu yaitu kemerdekaan. Selain itu museum bisa
digunakan untuk memberitahu bagaimana perjuangan pahlawan dahulu dan
menumbuhkan jiwa nasionalisme bagi masyarakat yang melihatnya. Untuk potensi
ekonomi sendiri, museum bisa dibilang sama dengan perusahaan. Sebuah perusahaan
pasti memiliki seorang investor yang bertugas untuk memegang atau menjual saham
dan membiayai
setiap kegiatan yang dijalankan oleh perusahaan itu. Setiap perusahaan menerima
keuntungan maka otomatis investor juga menerima setengah dari keuntungan
tersebut karena mereka yang membiayai setiap kegiatan yang dilakukan perusahaan
tersebut. Museum 10 Nopember juga bisa menerima investor untuk menanam saham
disana dan dengan begitu fasilitas di museum bisa bertambah canggih dan menarik
para pengunjung. Semakin banyaknya pengunjung berarti akan ada kenaikan harga
di tiket masuk karena tidak mungkin harga tiket masuk akan tetap murah jika
pengunjungnya semakin banyak karena karyawan juga membutuhkan upah. Dengan
demikian, keuntungan Museum 10 November bertambah besar dan hal ini juga
berpengaruh pada karyawan yang bekerja disana karena gaji mereka akan bertambah
banyak juga.
Dari semua penjelasan di atas maka saya bisa menyimpulkan bahwa banyak peninggalan bersejarah yang ada di Surabaya melalui Museum 10 Nopember ini. Namun sangat disayangkan banyak orang yang belum mengetahui bahwa di dalam Taman Monumen Tugu Pahlawan ini terdapat sebuah museum karena kurangnya informasi dari orang-orang. Saya sendiri saat masuk ke dalam museum ini merasa sangat senang karena bisa melihat peninggalan bersejarah yang kondisinya masih baik dan bagus untuk menjadi objek foto. Selain itu pengetahuan saya mengenai sejarah Tugu Pahlawan semakin bertambah karena informasi yang diberikan oleh tour guide sangat jelas. Kritik dan saran yang saya berikan hanya agar pihak museum bisa menambah kursi dan pendingin ruangan agar pengunjung bisa merasa lebih nyaman lagi saat berada di dalam museum. Untuk pihak pemerintah diharapkan bisa meminta kepada setiap sekolah agar mengajak muridnya untuk mengunjungi tempat bersejarah setidaknya sekali untuk memperluas pengetahuan yang mereka miliki dan menumbuhkan rasa nasionalisme di setiap orang.